Menulis; Antara Khayalan dan Kenyataan

Dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah, sekolah, kantor hingga diluar ruangan, seseorang maupun pihak tertentu sering kali terlibat dalam kegiatan tulis menulis. Pelajar, menulis pelajaran di sekolahnya. Seorang mahasiswa, menyusun makalah di universitasnya. Seorang kepala daerah membaca naskah pidato, memberikan kata sambutan dari tulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh dinas/instansi terkait serta lain sebagainya.
Dari beberapa gambaran tersebut membuktikan betapa pentingnya kegiatan menulis, baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Seseorang berkarya untuk dilihat, didengar, dibaca maupun dinikmati oleh penikmatnya. Pemusik, berkarya melalui musiknya. Perupa, berkarya dengan seni rupanya dan penyanyi berkarya dengan suaranya. Begitu juga halnya penulis yang berkarya dengan tulisannya. Tulisan penulis untuk dibaca pembacanya.
Bentuk tulisan sendiri, bila ditinjau dari berbagai sudut memiliki banyak ragamnya. Keragaman tulisan itu, selain sebagai pemenuhan unsur-unsur dalam menulis juga tidak terlepas dari gaya penulisan dari penulisnya sendiri. Ini penting agar apa yang ditulis menarik serta dapat mempengaruhi pembaca.
Anda sebagai individu dan masyarakat lainnya, dalam hidup ini dihadapkan antara kenyataan dan khayalan. Kedua sisi ini ada ditengah kita. Hanya saja terkadang masing-masing orang mengalaminya lain. Ada yang memang hidup pada kenyataan dan tidak sedikit yang hanya dalam khayal. Bahkan, ada orang yang berkhayal tapi kemudian khayalannya tersebut menjadi kenyataan.
Demikian perjalanan hidup seseorang. Terkadang, siapa yang bakal menyangka dan tidak semua orang akan tahu tentang garis kehidupan. Dengan menulis, Anda dapat menggambarkan kenyataan maupun khayalan dimaksud. Untuk mencapai itu, Anda dituntut agar mampu menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan.
Idealnya, nyata dan khayal merupakan dua sisi yang berbeda dalam menulis. Meskipun begitu keduanya menjadi hal yang penting. Namun disini, kita bukan membahas lebih jauh mengenai kenyataan maupun khayalan dalam konteks kehidupan yang sebenarnya, tetapi memberikan gambaran didalam penuangan ide penulisan.
Dikatakan demikian, karena jika ditilik dari sifatnya, tulisan dapat dibagi atas dua macam penulisan, masing-masing tulisan fiksi (khayalan) dan non fiksi (kenyataan). Menulis fiksi maupun non fiksi ini perlu ditekuni dan dijiwai, terutama mereka yang terlibat dalam kegiatan tulis menulis, apapun bentuk rutinitasnya.
Tulisan fiksi, dibangun berdasarkan khayalan pengarang atau penulisnya. Penuh imajinasi. Menulis fiksi, hakikatnya menulis kreatif, ditulis dengan maksud mengungkapkan perasaan atau emosi. Termasuk ke dalam tulisan fiksi, diantaranya karya sastra seperti halnya novel, cerpen, puisi dan drama. Dengan mengkhayalkan sesuatu dan menuliskannya, didalam tulisan itu akan ada alur, tokoh dan lain sebagainya.
Penulis fiksi harus bisa memainkan imajinasi, mereka-reka, membentuk huruf menjadi kata-kata, mengurai kata dan makna, menjabarkan serta menjiwai tulisannya. Dengan demikian tulisannya akan hidup dan tidak kakuh. Disini, seorang penulis fiksi dituntut berimajinasi dan memberi warna tulisan agar pembacanya menikmati bacaan itu dengan baik dan dapat mengapresiasikannya.
Memang betul, diantara fiksi ada yang ditulis berdasarkan kenyataan. Suatu peristiwa menginspirasi penulisnya untuk menulis kenyataan tersebut. Akan tetapi, didalam fiksi kejadian itu diolah lagi secara khayali atau khayalan dari si pengarang atau penulis sehingga melahirkan sebuah karya. Dalam hal ini, seorang penulis harus memiliki daya khayal dan mengekspresikannya ke bentuk tulisan.
Walaupun didalam tulisan-tulisan fiksi tidak mustahil bahkan dipergunakan fakta yang diambil dari sisi kehidupan, tapi fakta yang ditulis hanya sebagai bahan, bukan kenyataan. Oleh karena itu, segala sesuatu yang tersaji dalam fiksi tidak dapat diartikan seperti kita mengartikan sebuah laporan. Sebab, tulisan fiksi memang menekankan pada imjinasi penulisnya.
Berbeda dengan fiksi, karangan non fiksi adalah tulisan yang disusun berdasarkan kenyataan, termasuk didalamnya menulis surat, iklan, pengumuman, naskah pidato, laporan dan makalah. Jenis tulisan ini yang memegang peranan penting akal dan pikiran. Sebab tulisan non fiksi mendasarkan diri dari realitas.
Sehari-harinya, terkadang Anda dituntut untuk bisa bertukar informasi. Kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan. Bertukar informasi secara lisan dilakukan jika pemberi informasi berhadapan muka atau langsung maupun tidak langsung melalui alat komunikasi.
Adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi komunikasi saat ini, pemberian informasi secara lisan tersebut dapat pula dilakukan melalui media elektronik seperti radio, telepon, komputer/laptop/notebook, televisi dan lain sebagainya. Perkembangan peradaban yang terus maju mempermudah penggunanya dalam berkomunikasi tanpa harus bertatap muka langsung.
Pemberian informasi secara tertulis pada mulanya dilakukan apabila pemberi informasi tidak dapat berhadapan wajah atau langsung dengan penerima informasi. Namun kini, pemberian informasi tertulis pun sering dilakukan meski pemberi informasi berhadapan langsung dengan penerimanya.
Hal itu dilakukan berkaitan dengan situasi maupun kondisinya. Mungkin pula disebabkan informasinya terlalu banyak hingga persoalan sopan santun yang berkaitan dengan kelaziman dalam urusan kedinasan. Sebagai contoh, berupa pemberian informasi berbentuk laporan kerja, surat undangan dan surat dinas. Ketiganya, sering diserahkan oleh pemberi informasi maupun yang mewakili kepada penerima informasi secara berhadapan muka walaupun informasi itu diberikan secara tertulis.
Salah satu bentuk tulisan non fiksi pertama, yaitu melalui surat. Jenis surat, ada yang tergolong surat dinas dan ada pula berupa surat pribadi. Apabila surat dari satu pihak ke pihak lain berisi informasi tentang urusan dinas dan bersifat resmi, maka disebut surat dinas atau surat resmi. Sementara, jika menyangkut persoalan pribadi berarti surat pribadi.
Syarat-syarat yang wajib diperhatikan untuk membuat surat pribadi, antara lain surat diatur menurut bentuk yang lazim dipakai, yakni ditulis tanggal, alamat penerima, bagian pembuka, bagian isi, bagian akhir surat, tanda tangan dan alamat penerimanya. Selain itu, surat resmi biasanya memiliki format tertentu. Isi suratnya menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Sehingga dari isinya tidak menimbulkan kemungkinan terjadinya kesalahfahaman. Surat tersebut juga harus dalam keadaan rapi dan bersih, tanpa terlihat adanya coretan.
Contoh tulisan non fiksi kedua, menulis iklan. Secara harfiah, iklan dapat berarti sama dengan pengumuman. Iklan merupakan berita pesanan dengan maksud mendorong atau membujuk khalayak ramai tentang benda maupun jasa yang ditawarkan. Iklan dapat juga diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh seseorang atau dalam sebuah perusahaan dengan maksud memberitahukan sesuatu kepada umum, disertai dengan susunan kata maupun gambar yang menarik. Sehingga akan menimbulkan keinginan bagi para pembaca untuk membacanya. Kalau iklan tersebut dalam bentuk gambar, akan menimbulkan keinginan pembaca maupun pemirsa untuk melihatnya.
Iklan tertulis, salah satu bentuk pemberitahuan secara tertulis yang umumnya dimuat dalam surat kabar, tabloid, majalah dan lain-lain. Jenisnya juga berbeda-beda. Ada iklan kolom dan ada pula iklan baris. Iklan kolom terbagi lagi menjadi dua, yaitu iklan kolom berwarna (color) dan tidak berwarna atau hitam-putih.
Ada beberapa macam bentuk iklan yang dikenal masyarakat, diantaranya iklan keluarga, pengumuman dan undangan, pasaran tenaga kerja, jual beli, kredit, sewa, propaganda hingga iklan untuk kepentingan politik atau pencitraan. Semua iklan ini tujuannya untuk menarik perhatian pembaca, pendengar maupun pemirsa jika dalam bentuk visual terhadap sesuatu yang dikemukakan.
Contoh tulisan non fiksi ketiga, pengumuman. Iklan sebenarnya juga sejenis pengumuman. Namun pengumuman tidak perlu menggunakan majas dan pribahasa. Sebab, pengumuman sifatnya hanya memberitahukan sesuatu kepada khalayak. Karenanya, penulisan pengumuman harus ditulis dengan bahasa yang lugas dan gampang dipahami maksud serta tujuan dari isi pengumuman. Disamping dapat ditulis dalam bentuk surat, bahasa pengumuman tidak boleh menimbulkan kemungkinan salah tafsir oleh yang menerima maupun pembacanya.
Contoh tulisan non fiksi keempat, menulis pidato. Bila kita mendapat tugas untuk berpidato maupun menyusun naskah pidato, setidaknya kita dihadapkan pada tugas yang sangat krusual, yakni bagaimana naskah pidato tersebut sesuai dengan kebutuhan dan menarik. Naskah pidato yang disiapkan bisa berupa naskah lengkap maupun juga hanya berisi garis besar dari isi pidato yang hendak disampaikan.
Apapun cara yang ditempuh, menyusun pidato dimaksudkan untuk mempermudah maupun memperlancar pelaksanaan pidato. Dengan persiapan yang matang, seseorang dapat berpidato dengan lebih lancar, terarah dan penuh percaya diri. Dalam situasi yang tidak terlalu formal, biasanya orang berpidato tanpa membaca naskah yang lengkap. Tapi, bukan berarti ia tidak menyusun persiapan. Persiapan pidato dalam suasana tidak resmi seperti itu biasanya hanya disusun garis besar isi pidatonya saja.
Berpidato berdasarkan garis besar, biasanya lebih menarik karena pandangan mata pembicara dapat ditujukan sepenuhnya kepada para pendengar. Lain lagi halnya dengan berpidato berdasarkan naskah yang lengkap, berpidato dengan cara ini sering membosankan. Karena mata pembicara akan tercurah sepenuhnya kepada naskah yang dibacanya.
Meski demikian, dengan cara bagaimana pun yang ditempuh, menarik tidaknya suatu pidato lebih banyak tergantung kemahiran seseorang berbicara didepan umum. Walaupun naskah pidato itu ditulis dengan baik, kata-katanya tersusun, rapi dan isinya mengena pada tujuan, tetapi kalau yang membacanya tidak mahir percuma saja. 
Memang, menelusuri seluk-beluk berpidato sungguh menarik. Banyak hal yang bisa disimpulkan dari sebuah pidato. Mulai dari karakter pembuat naskah dan pembacanya hingga kesimpulan dari pidato itu sendiri. Masing-masing saling kait mengait. Namun, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kita membatasi diri hanya pada penulisan naskah pidato.
Dalam menulis naskah pidato, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya isi, bahasa naskah dan sistematika naskah. Ketiga hal ini menjadi penting diperhatikan, mengingat naskah pidato erat hubungannya dengan kemampuan si penyusunnya dalam membuat naskah serta penyampaian orang yang membacakannya.  
Isi naskah yang disusun sebaiknya disesuaikan dengan situasi saat berpidato. Karenanya, sebelum menyusun sebuah naskah pidato, paling tidak terlebih dahulu kita harus melakukan analisis situasi dan kondisi. Hal-hal yang harus di analisis, antara lain topik apa yang hendak disampaikan ke para pendengar, siapa yang menjadi calon pendengar serta dalam situasi yang bagaimana pidato akan disampaikan.
Naskah yang disusun harus sesuai dengan topik yang hendak disampaikan. Sebelum menyusun, sebaiknya pelajari dulu hal penting terkait topik tersebut dari berbagai sumber. Isi naskah harus yang menarik dan bermanfaat bagi pendengar. Oleh sebab itu, sebelum naskah tersusun setidaknya kita perlu juga mengetahui siapakah pendengar, berasal dari kalangan mana dan apa latar belakang pendidikan mereka. Dengan demikian kita akan dapat menentukan hal apa saja yang dibutuhkan serta bermanfaat terhadap pendengar.
Menggambarkan situasi sebelum menyampaikan suatu pidato menjadi amat penting dalam menyusun naskahnya. Tak mungkin seorang berpidato dihadapan para petani, isi pidatonya membahas masalah perkuliahan. Kurang pas pula bila dihadapan alim ulama, isi pidatonya membahas pentingnya menghindari bahaya narkoba. Topik yang disampaikan tidak sesuai dengan para pendengar.
Berkaitan dengan bahasa, hal terpenting bahasa yang digunakan bisa dipahami pendengar. Penggunaan berbahasa yang benar menurut kaidah dan indahnya gaya yang disampaikan tidak berguna kalau tidak dapat dipahami pendengar. Sebaliknya, bila bahasanya mudah dimengerti akan menjadi sempurna jika disertai keindahan gaya dan ketepatan pilihan kata dan gramatikanya.
Untuk itu, sistematika naskah pidato harus diperhatikan dengan benar. Sebuah naskah pidato yang baik, terdiri dari bagian pembuka, bagian isi dan bagian penutup. Pendahuluan; disiapkan untuk menarik perhatian pendengar. Isi; pernyataan tentang pokok permasalahan yang akan dikemukakan, mengajukan teori, fakta, gagasan dan menolak fakta-fakta yang berlawanan. Penutup; kesimpulan atau suatu penegasan dari apa yang telah dikemukakan.
Penyusunan naskah pidato, pada umumnya ditempuh dengan tiga langkah kegiatan, yaitu mengumpulkan bahan, membuat kerangka dan menguraikan isi pidato secara terperinci. Mengumpulkan bahan; dilakukan setelah meneliti persoalan dan mempertimbangkan topik dan maksud pembicaraan serta menganalisa pendengar dan suasana, maka penyusun sudah siap menggarap naskah pidatonya.
Dalam penggarapan, penyusun naskah akan menghadapi kenyataan bahwa suatu topik tidak cukup baginya bila hanya mengandalkan pengetahuannya saja. Penyusun harus pula mengumpulkan bahan-bahan yang relevan, seperti fakta, ilustrasi cerita atau hal-hal lain untuk pengembangan naskah tersebut.
Sering, penulis atau penyusun naskah pidato harus bertanya kepada pihak yang mengetahui suatu persoalan. Buku, majalah, tabloid, peraturan perundang-undangan, laporan serta berita-berita di surat kabar merupakan sumber informasi yang layak dan patut dijadikan bahan rujukan. Dengan cara demikian, penyusun naskah dapat memadukan pengetahuannya dengan bahan-bahan itu. Sehingga teks pidato tersebut bisa tersusun sesuai dengan yang diharapkan.
Membuat kerangka pidato; agar naskah pidato sesuai dengan kebutuhan, sebelum mencari bahan, penyusun harus terlebih dulu menyusun sebuah kerangka. Kerangka naskah berupa pokok-pokok yang bakal dibicarakan. Kerangka yang terperinci, belum tentu disusun sebelum bahan selesai dikumpulkan. Dengan bahan-bahan itu disusunlah pokok-pokok utama dengan perincian yang lebih dalam. Bagian-bagian yang terperinci diusahakan untuk bisa memperjelas pokok-pokok utamanya.
Menguraikan isi pidato; berdasarkan kerangka itu dapat dilakukan dua hal. Pertama,  berpidato bebas dengan sesekali melihat kepada kerangka yang telah disusun. Penggunaan kerangka ini dimaksudkan untuk menjamin keteraturan dan tidak ada ide-ide atau gagasan yang terlupakan. Kedua, menggarap naskah pidato secara lengkap kata demi kata. Naskah itu boleh dihapalkan diluar kepala atau dibacakan saat menyampaikan pidato. Akan tetapi, hapalan berpidato yang panjang akan sia-sia bila pidatonya panjang. Sebab tidak gampang menghapal pidato dengan isi yang panjang dan memakan waktu. Sebaiknya, cara mana digunakan tergantung pembawanya, kesanggupan yang bersangkutan serta suasana yang ada ketika itu. 
Contoh tulisan non fiksi kelima, menulis laporan. Kata laporan berasal dari bentuk dasar lapor. Laporan, segala sesuatu yang dilaporkan. Laporan sama dengan berita. Beberapa jenis laporan yang dikenal, antara lain laporan administrasi, laporan berkala, laporan cuaca, laporan keuangan, laporan khusus, laporan penelitian, laporan statistik dan laporan tahunan serta banyak lagi ragam laporan lainnya.
Didalam menulis laporan, kita dapat mengikuti langkah-langkah seperti menentukan topik/tema, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, melakukan pengamatan dan membuat rincian atau gambaran yang dilaporkan. Pada karangan laporan, terlebih dahulu harus mengemukakan apa yang akan dilaporkan, untuk siapa laporan itu dibuat, dimana peristiwa yang dilaporkan itu terjadi, bagaimana keadaan atau proses berlangsungnya kejadian atau peristiwa (objek) yang dilaporkan.
Dengan menjawab berbagai pertanyaan itu, diharapkan laporan tentang suatu peristiwa maupun kegiatan akan dapat digambarkan dengan jelas kepada pembaca/pendengar, sehingga yang dilaporkan bisa dipahami. Tidak kalah pentingnya, dalam membuat laporan sebaiknya menggunakan bahasa laporan yang sederhana dan singkat agar mudah dicerna pembaca/pendengar.
Contoh menulis non fiksi keenam, makalah. Makalah adalah tulisan resmi tentang suatu hal untuk dibacakan dimuka umum atau sering juga disusun untuk diterbitkan. Makalah, biasanya dibawakan seorang pakar dibidang tertentu dalam sebuah acara ilmiah, seperti simposium, seminar dan lain sebagainya. Makalah juga disusun oleh pelajar maupun mahasiswa sebagai salah satu tugas dari mata kuliah yang tengah ditempuhnya. Makalah biasanya disajikan oleh pelajar atau mahasiswa dimuka kelas.
Makalah yang disusun pelajar, mahasiswa maupun sarjana bersifat ilmiah. Sebuah tulisan dikatakan ilmiah jika digarap secara objektif dan mendalam. Tulisan dianggap ilmiah bila mengandung kebenaran yang didukung fakta dan informasi yang sudah teruji kebenarannya. Keilmiahan sebuah makalah juga memenuhi syarat kedalamannya. Informasi yang disajikan merupakan hasil pengkajian yang mendalam.
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah, karya seorang ilmuwan berupa hasil pengembangan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Karya ilmiah berisi pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan hanya sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya, seperti uang, alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian. 
Makalah umumnya berisi pendahuluan, isi dan penutup. Langkah-langkah menyusun makalah, antara lain menentukan tema atau topik karangan, menentukan tujuan, mengumpulkan data, menyusun kerangka karangan dan mengembangkan karangan. 
Salah satu tujuan pokok penulisan makalah, meyakinkan pembaca bahwa topik yang ditulis dengan dilengkapi penalaran logis dan pengorganisasian yang sistematis memang perlu diketahui dan diperhatikan. Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, induktif dan campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis dari bahan pustaka ataupun referensi yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif, data yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas didalamnya. Dalam pelaksanaannya, jenis pertama paling banyak serta lebih sering digunakan dalam penulisan makalah.
Makalah, dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan seseorang ataupun sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah dari apa yang ingin dicapai dengan penulisannya. Tujuan penulisan makalah memiliki fungsi ganda, yakni bagi penulis dan pembaca makalah.
Bagi penulis makalah, rumusan tujuan penulisannya dapat mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya dalam menulis makalah, khususnya dalam pengumpulan bahan-bahan tulisan. Bagi pembaca makalah, tujuan penulisan memberikan informasi tentang apa yang disampaikan didalam makalah itu.  
Karenanya, rumusan tujuan penulisan yang disusun harus dapat memberikan gambaran tentang cara menguraikan atau membahas topik yang telah ditentukan. Dengan begitu, rumusan tujuan bisa berfungsi sebagai pembatasan ruang lingkup makalah tersebut. Rumusan tujuan ini dapat berupa kalimat kompleks atau dijabarkan dalam bentuk terperinci.


No comments:

Post a Comment